فصل في أكبر الأسباب لانشراح الصدر وطمأنينته

فصل ٥ – وَمِنْ أَكْبَرِ الأَسْبَابِ لِانْشِرَاحِ الصَّدْرِ وَطُمَأْنِينَتِهِ: (الإِكْثَارُ مِنْ ذِكْرِ اللهِ) فَإِنَّ لِذَٰلِكَ تَأْثِيرًا عَجِيبًا فِي انشِرَاحِ الصَّدْرِ وَطُمَأْنِينَتِهِ، وَزَوَالِ هَمِّهِ وَغَمِّهِ، قَالَ تَعَالَى
{أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ القُلُوبُ} [الرعد: ٢٨]. فَلِذِكْرِ اللهِ أَثَرٌ عَظِيمٌ فِي حُصُولِ هَٰذَا المَطْلُوبِ لِخَاصِّيَّتِهِ، وَلِمَا يَرْجُوهُ العَبْدُ مِنْ ثَوَابِهِ وَأَجْرِهِ

٦ – وَكَذَٰلِكَ التَّحَدُّثُ بِنِعَمِ اللهِ الظَّاهِرَةِ وَالبَاطِنَةِ، فَإِنَّ مَعْرِفَتَهَا وَالتَّحَدُّثَ بِهَا يَدْفَعُ اللهُ بِهِ الهَمَّ وَالغَمَّ، وَيَحُثُّ العَبْدَ عَلَى الشُّكْرِ الَّذِي هُوَ أَرْفَعُ المَرَاتِبِ وَأَعْلَاهَا، حَتَّى وَلَوْ كَانَ العَبْدُ فِي حَالَةِ فَقْرٍ أَوْ مَرَضٍ أَوْ غَيْرِهِمَا مِنْ أَنْوَاعِ البَلَايَا. فَإِنَّهُ إِذَا قَابَلَ بَيْنَ نِعَمِ اللهِ عَلَيْهِ الَّتِي لَا يُحْصَى لَهَا عَدٌّ وَلَا حِسَابٌ، وَبَيْنَ مَا أَصَابَهُ مِنْ مَكْرُوهٍ، لَمْ يَكُنْ لِلمَكْرُوهِ إِلَى النِّعَمِ نِسْبَةٌ

بَلِ المَكْرُوهُ وَالمَصَائِبُ إِذَا ابْتَلَى اللهُ بِهَا العَبْدَ، وَأَدَّى فِيهَا وَظِيفَةَ الصَّبْرِ وَالرِّضَا وَالتَّسْلِيمِ، هَانَتْ وَطْأَتُهَا،
وَخَفَّتْ مُؤْنَتُهَا، وَكَانَ تَأَمُّلُ العَبْدِ لِأَجْرِهَا وَثَوَابِهَا وَالتَّعَبُّدُ للهِ بِالقِيَامِ بِوَظِيفَةِ الصَّبْرِ وَالرِّضَا، يَدْعُ الأَشْيَاءَ المُرَّةَ حُلْوَةً فَتُنْسِيهِ حَلاَوَةُ أَجْرِهَا مَرَارَةَ صَبْرِهَا

٧ – وَمِنْ أَنْفَعِ الأَشْيَاءِ فِي هَٰذَا المَوْضِعِ: اسْتِعْمَالُ مَا أَرْشَدَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فِي الحَدِيثِ الصَّحِيحِ حَيْثُ قَالَ:
«انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ» [رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ]. فَإِنَّ العَبْدَ إِذَا نَصَبَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ هَٰذَا المَلَحَظَ الجَلِيلَ، رَآهُ يَفُوقُ جَمْعًا كَثِيرًا مِنَ الخَلْقِ فِي العَافِيَةِ وَتَوَابِعَهَا، وَفِي الرِّزْقِ وَتَوَابِعَهُ مَهْمَا بَلَغَتْ بِهِ الحَالُ، فَيَزُولُ قَلَقُهُ وَهَمُّهُ وَغَمُّهُ، وَيَزْدَادُ سُرُورُهُ وَاغْتِبَاطُهُ بِنِعَمِ اللهِ الَّتِي فَاقَ فِيهَا غَيْرَهُ مِمَّنْ هُوَ دُونَهُ فِيهَا

وَكُلَّمَا طَالَ تَأَمُّلُ العَبْدِ بِنِعَمِ اللهِ الظَّاهِرَةِ وَالبَاطِنَةِ، الدِّينِيَّةِ وَالدُّنْيَوِيَّةِ، رَأَى رَبَّهُ قَدْ أَعْطَاهُ خَيْرًا كَثِيرًا وَدَفَعَ عَنْهُ شُرُورًا مُتَعَدِّدَةً، وَلَا شَكَّ أَنَّ هَٰذَا يَدْفَعُ الهُمُومَ وَالغُمُومَ، وَيُوجِبُ الفَرَحَ وَالسُّرُورَ

Bab tentang Sebab-Sebab Utama Ketenangan Jiwa dan Keluasan Hati

Bab 5 – Di antara sebab terbesar yang dapat melapangkan dada dan menenangkan hati adalah memperbanyak dzikir kepada Allah.

Dzikir ini memiliki pengaruh yang luar biasa dalam membuka ruang di hati, menenteramkan jiwa, serta menghapuskan segala kekhawatiran dan kesedihan. Allah Ta‘ala berfirman:

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Sungguh, dzikir kepada Allah memiliki dampak yang sangat besar dalam mewujudkan ketenangan ini—baik karena dzikir itu sendiri memiliki keistimewaan, maupun karena pahala besar yang diharapkan seorang hamba darinya.

Bab 6 – Demikian pula halnya dengan memperbincangkan nikmat-nikmat Allah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Mengenal dan menyadari karunia-karunia ini, lalu membicarakannya, dapat menjadi sebab Allah mengangkat kesedihan dan kegelisahan dari hati. Ia pun akan terdorong untuk bersyukur—dan syukur adalah derajat paling tinggi dan paling mulia dalam ibadah—meskipun si hamba sedang berada dalam keadaan miskin, sakit, atau dilanda berbagai musibah lainnya.

Sebab jika ia membandingkan nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung banyaknya dengan kesulitan yang sedang menimpanya, niscaya ia akan menyadari bahwa ujian itu tak sebanding dengan limpahan nikmat yang telah diterimanya.

Bahkan, penderitaan dan musibah itu sendiri, bila Allah menimpakannya kepada seorang hamba, lalu ia menyikapinya dengan sabar, ridha, dan pasrah, maka beratnya ujian itu akan menjadi ringan, bebannya pun akan terasa lebih mudah.

Renungan seorang hamba atas pahala dan ganjaran yang dijanjikan, serta ibadah yang terkandung dalam sikap sabar dan ridha itu, akan mengubah rasa pahit menjadi manis. Manisnya balasan itu akan membuatnya lupa pada getirnya kesabaran.

Bab 7 – Di antara hal paling bermanfaat dalam hal ini adalah: mengamalkan wasiat Nabi Muhammad ﷺ dalam hadis yang shahih, ketika beliau bersabda:

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat kepada orang yang berada di atas kalian. Karena yang demikian itu lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika seorang hamba menjadikan pandangan ini sebagai pedoman hidup, niscaya ia akan melihat bahwa dirinya masih lebih baik daripada banyak manusia dalam hal kesehatan dan berbagai hal yang mengikutinya, serta dalam hal rezeki dan segala bentuk cabangnya—apa pun keadaannya. Maka hilanglah keresahan, kegundahan, dan kesedihannya, dan bertambahlah rasa syukur dan kebahagiaannya atas nikmat-nikmat Allah yang membuatnya lebih unggul dibandingkan mereka yang berada di bawahnya.

Semakin seorang hamba memperpanjang perenungannya terhadap nikmat-nikmat Allah, baik yang tampak maupun tersembunyi, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi, niscaya ia akan menyaksikan bahwa Rabb-nya telah melimpahkan begitu banyak kebaikan, serta menyingkirkan berbagai keburukan dari dirinya. Dan tak diragukan lagi, hal ini menjadi sebab lenyapnya segala kesedihan dan kegelisahan, serta hadirnya kebahagiaan dan ketentraman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *