فصل ٨ – وَمِنَ الأَسْبَابِ المُوجِبَةِ لِلسُّرُورِ وَزَوَالِ الهَمِّ وَالغَمِّ: السَّعْيُ فِي إِزَالَةِ الأَسْبَابِ الجَالِبَةِ لِلهُمُومِ، وَفِي تَحْصِيلِ الأَسْبَابِ الجَالِبَةِ لِلسُّرُورِ. وَذَٰلِكَ بِنِسْيَانِ مَا مَضَى عَلَيْهِ مِنَ المَكَارِهِ الَّتِي لَا يُمْكِنُهُ رَدُّهَا، وَمَعْرِفَتِهِ أَنَّ اشْتِغَالَ فِكْرِهِ فِيهَا مِنْ بَابِ العَبَثِ وَالمُحَالِ، وَأَنَّ ذَٰلِكَ حَمْقٌ وَجُنُونٌ، فَيُجَاهِدُ قَلْبَهُ عَنِ التَّفَكُّرِ فِيهَا. وَكَذَٰلِكَ يُجَاهِدُ قَلْبَهُ عَنْ قَلَقِهِ لِمَا يَسْتَقْبِلُهُ، مِمَّا يَتَوَهَّمُهُ مِنْ فَقْرٍ أَوْ خَوْفٍ أَوْ غَيْرِهِمَا مِنَ المَكَارِهِ الَّتِي يَتَخَيَّلُهَا فِي مُسْتَقْبَلِ حَيَاتِهِ. فَيَعْلَمُ أَنَّ الأُمُورَ المُسْتَقْبَلَةَ مَجْهُولٌ مَا يَقَعُ فِيهَا مِنْ خَيْرٍ وَشَرٍّ وَآمَالٍ وَآلامٍ، وَأَنَّهَا بِيَدِ العَزِيزِ الحَكِيمِ، لَيْسَ بِيَدِ العِبَادِ مِنْهَا شَيْءٌ إِلَّا السَّعْيُ فِي تَحْصِيلِ خَيْرَاتِهَا، وَدَفْعِ مَضَرَّاتِهَا. وَيَعْلَمُ العَبْدُ أَنَّهُ إِذَا صَرَفَ فِكْرَهُ عَنْ قَلَقِهِ مِنْ أَجْلِ مُسْتَقْبَلِ أَمْرِهِ، وَاتَّكَلَ عَلَى رَبِّهِ فِي إِصْلَاحِهِ، وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ فِي ذَٰلِكَ، إِذَا فَعَلَ ذَٰلِكَ اطْمَأَنَّ قَلْبُهُ وَصَلُحَتْ أَحْوَالُهُ، وَزَالَ عَنْهُ هَمُّهُ وَقَلَقُهُ
٩ – وَمِنْ أَنْفَعِ مَا يَكُونُ فِي مُلَاحَظَةِ مُسْتَقْبَلِ الأُمُورِ: اسْتِعْمَالُ هَٰذَا الدُّعَاءِ الَّذِي كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَدْعُو بِهِ:
«اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِي، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَالمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ» [رَوَاهُ مُسْلِمٌ]
وَكَذَٰلِكَ قَوْلُهُ
«اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ» [رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ]
فَإِذَا لَهَجَ العَبْدُ بِهَٰذَا الدُّعَاءِ الَّذِي فِيهِ صَلَاحُ مُسْتَقْبَلِهِ الدِّينِيِّ وَالدُّنْيَوِيِّ بِقَلْبٍ حَاضِرٍ، وَنِيَّةٍ صَادِقَةٍ، مَعَ اجْتِهَادِهِ فِيمَا يُحَقِّقُ ذَٰلِكَ، حَقَّقَ اللهُ لَهُ مَا دَعَاهُ وَرَجَاهُ وَعَمِلَ لَهُ، وَانْقَلَبَ هَمُّهُ فَرَحًا وَسُرُورًا
Bab tentang Sebab-sebab yang Mendatangkan Kebahagiaan dan Menghilangkan Kekhawatiran serta Kesedihan
Bab 8 – Di antara sebab-sebab yang mendatangkan kebahagiaan dan menghilangkan kekhawatiran serta kesedihan adalah: berusaha menghilangkan faktor-faktor penyebab kecemasan, serta berupaya meraih sebab-sebab yang mendatangkan kebahagiaan. Hal ini dilakukan dengan cara melupakan musibah dan hal-hal buruk yang telah berlalu dan tak mungkin diubah lagi, serta menyadari bahwa memikirkannya kembali hanyalah kesia-siaan dan tindakan yang mustahil. Memikirkan hal-hal tersebut termasuk perbuatan bodoh dan gila, maka ia harus memaksakan hatinya untuk tidak larut dalam memikirkannya. Begitu pula, ia mesti melatih hatinya agar tidak gelisah terhadap perkara-perkara yang dibayangkan akan terjadi di masa depan, seperti rasa takut akan kemiskinan atau malapetaka lain yang ia khawatirkan akan menimpanya kelak. Ia harus memahami bahwa semua urusan masa depan itu tersembunyi dan tidak diketahui—apakah itu berupa kebaikan atau keburukan, harapan atau kesedihan. Semua itu berada dalam genggaman Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Manusia tidak memiliki kekuasaan sedikit pun atasnya, kecuali berikhtiar untuk meraih kebaikan dan menolak keburukannya.
Seorang hamba juga mesti yakin bahwa jika ia berhasil mengalihkan pikirannya dari kecemasan tentang masa depan, lalu bertawakal kepada Tuhannya untuk memperbaiki urusannya, dan bersandar penuh kepada-Nya, maka hatinya akan tenang, keadaannya membaik, dan segala kecemasan serta kegelisahannya pun lenyap.
Bab 9 – Di antara hal yang paling bermanfaat dalam menyikapi perkara-perkara masa depan adalah: mengamalkan doa yang biasa dipanjatkan oleh Nabi ﷺ berikut ini:
“Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi benteng urusanku. Perbaikilah duniaku tempat aku meniti kehidupan. Perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan dari segala keburukan.” (HR. Muslim)
Begitu pula doa ini:
“Ya Allah, hanya kepada rahmat-Mu aku berharap, maka janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walau sekejap mata pun. Perbaikilah seluruh urusanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)
Jika seorang hamba membasahi lisannya dengan doa-doa ini—dengan hati yang hadir dan niat yang tulus, serta disertai usaha yang sungguh-sungguh dalam mewujudkan isi doanya—niscaya Allah akan mengabulkan apa yang ia panjatkan, harapkan, dan usahakan. Lalu, segala kegundahannya akan berganti menjadi kebahagiaan dan ketenangan jiwa.
Leave a Reply