فصل في قول النبي صلى الله عليه وسلم لا يفرك مؤمن مؤمنة

فصل ١٣ – وَفِي قَوْلِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم:
«لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا خُلُقًا آخَرَ» [رَوَاهُ مُسْلِمٌ]، فَائِدَتَانِ عَظِيمَتَانِ

إِحْدَاهُمَا: الإِرْشَادُ إِلَى مُعَامَلَةِ الزَّوْجَةِ وَالقَرِيبِ وَالصَّاحِبِ وَالمُعَامِلِ، وَكُلِّ مَنْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عِلَّقَةٌ وَاتِّصَالٌ، وَأَنَّهُ يَنْبَغِي أَنْ تُوَطِّنَ نَفْسَكَ عَلَى أَنَّهُ لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَيْبٌ أَوْ نَقْصٌ أَوْ أَمْرٌ تَكْرَهُهُ؛ فَإِذَا وَجَدْتَ ذَٰلِكَ، فَقَارِنْ بَيْنَ هَٰذَا وَبَيْنَ مَا يَجِبُ عَلَيْكَ أَوْ يَنْبَغِي لَكَ مِنْ قُوَّةِ الاتِّصَالِ وَالإِبْقَاءِ عَلَى المَحَبَّةِ، بِتَذَكُّرِ مَا فِيهِ مِنَ المَحَاسِنِ وَالمَقَاصِدِ الخَاصَّةِ وَالعَامَّةِ. وَبِهَٰذَا الإِغْضَاءِ عَنِ المَسَاوِئِ وَمُلَاحَظَةِ المَحَاسِنِ، تَدُومُ الصُّحْبَةُ وَالاتِّصَالُ وَتَتِمُّ الرَّاحَةُ وَتَحْصُلُ لَكَ

الفَائِدَةُ الثَّانِيَةُ: وَهِيَ زَوَالُ الهَمِّ وَالقَلَقِ، وَبَقَاءُ الصَّفَاءِ، وَالمُدَاوَمَةُ عَلَى القِيَامِ بِالحُقُوقِ الوَاجِبَةِ وَالمُسْتَحَبَّةِ، وَحُصُولُ الرَّاحَةِ بَيْنَ الطَّرَفَيْنِ. وَمَنْ لَمْ يَسْتَرْشِدْ بِهَٰذَا الَّذِي ذَكَرَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بَلْ عَكَسَ القَضِيَّةَ

فَلَحَظَ المَسَاوِئَ، وَعَمِيَ عَنِ المَحَاسِنِ، فَلَا بُدَّ أَنْ يَقْلَقَ، وَلَا بُدَّ أَنْ يَتَكَدَّرَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَنْ يَتَّصِلُ بِهِ مِنَ المَحَبَّةِ، وَيَتَقَطَّعَ كَثِيرٌ مِنَ الحُقُوقِ الَّتِي عَلَى كُلٍّ مِنْهُمَا المُحَافَظَةُ عَلَيْهَا

وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ذَوِي الهِمَمِ العَالِيَةِ يُوَطِّنُونَ أَنْفُسَهُمْ عِنْدَ وُقُوعِ الكَوَارِثِ وَالمُزْعِجَاتِ عَلَى الصَّبْرِ وَالطُّمَأْنِينَةِ، وَلَٰكِنْ عِنْدَ الأُمُورِ التَّافِهَةِ البَسِيطَةِ يَقْلَقُونَ، وَيَتَكَدَّرُ الصَّفَاءُ. وَالسَّبَبُ فِي هَٰذَا أَنَّهُمْ وَطَّنُوا أَنْفُسَهُمْ عِنْدَ الأُمُورِ الكِبَارِ، وَتَرَكُوهَا عِنْدَ الأُمُورِ الصِّغَارِ فَضَرَّتْهُمْ وَأَثَّرَتْ فِي رَاحَتِهِمْ. فَالحَازِمُ يُوَطِّنُ نَفْسَهُ عَلَى الأُمُورِ القَلِيلَةِ وَالكَبِيرَةِ وَيَسْأَلُ اللهَ الإِعَانَةَ عَلَيْهَا، وَأَنْ لَا يَكِلَهُ إِلَى نَفْسِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ. فَعِنْدَ ذَٰلِكَ يَسْهُلُ عَلَيْهِ الصَّغِيرُ، كَمَا سَهُلَ عَلَيْهِ الكَبِيرُ، وَيَبْقَى مُطْمَئِنَّ النَّفْسِ سَاكِنَ القَلْبِ مُسْتَرِيحًا

Bab tentang Sabda Nabi ﷺ: “Seorang Mukmin Tidak Membenci Seorang Mukminah”

Bab 13 – Dalam sabda Nabi ﷺ:

“Seorang mukmin tidaklah membenci seorang mukminah (istrinya). Bila ia membenci satu sifat darinya, maka pasti ada sifat lain yang ia sukai.” (HR. Muslim)

Tersimpan dua faidah agung dalam sabda ini:

Faidah pertama:

Sabda ini adalah bimbingan luhur dalam menjalin hubungan—dengan istri, kerabat, sahabat, atau siapa pun yang terikat dengannya hubungan dan kedekatan. Hendaknya seseorang bersiap diri, bahwa tiada manusia tanpa cela; setiap insan pasti memiliki kekurangan, kekhilafan, atau sesuatu yang tidak kita sukai.

Namun bila itu ditemukan, hendaknya kita timbang dengan kewajiban menjaga hubungan dan ikatan cinta. Ingat kembali segala kebaikan, keutamaan, dan tujuan-tujuan mulia yang telah terbangun.

Dengan menutup mata dari kekurangan dan mengalihkan pandangan pada kelebihan, hubungan akan tetap utuh, persahabatan langgeng, dan hati pun tenteram. Di sanalah letak kenyamanan yang sejati.

Faidah kedua:

Yakni hilangnya gundah dan resah, tetap terjaganya kejernihan hati, keberlangsungan dalam menunaikan hak-hak yang wajib dan sunnah, serta terciptanya ketenangan dalam dua jiwa yang saling terikat.

Sebaliknya, siapa yang tak mengikuti petunjuk Nabi ﷺ ini—justru membalikkan perkara, hanya memandang kekurangan, dan menutup mata dari kelebihan—maka keresahan pasti melanda. Cinta yang dahulu hangat perlahan pudar, dan banyak hak-hak bersama yang semestinya dijaga pun terabaikan.

Betapa banyak orang berjiwa besar yang bersabar menghadapi musibah dan ujian besar dengan tenang dan gagah, namun rapuh menghadapi perkara sepele. Hal itu terjadi karena mereka mempersiapkan diri hanya untuk badai, namun tak mempersenjatai diri menghadapi gerimis. Akhirnya, yang kecil pun menyusupkan kegelisahan ke dalam hati mereka.

Orang bijak adalah yang melatih jiwanya menghadapi yang besar maupun yang kecil, lalu memohon kepada Allah pertolongan untuk menghadapinya, dan berdoa agar tidak dibiarkan bersandar pada dirinya sendiri walau sekejap mata. Maka ketika itu, yang kecil pun menjadi ringan, sebagaimana yang besar telah menjadi mudah. Jiwanya tenang, hatinya damai, dan ia pun hidup dalam ketenteraman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *