فصل في أسباب دفع القلق الناشئ عن توتر الأعصاب واشتغال القلب ببعض المكدرات

فصل ٣ – وَمِنْ أَسْبَابِ دَفْعِ القَلَقِ النَّاشِئِ عَنْ تَوَتُّرِ الأَعْصَابِ، وَاشْتِغَالِ القَلْبِ بِبَعْضِ المُكَدِّرَاتِ: الاشْتِغَالُ بِعَمَلٍ مِنَ الأَعْمَالِ أَوْ عِلْمٍ مِنَ العُلُومِ النَّافِعَةِ، فَإِنَّهَا تُلْهِي القَلْبَ عَنِ اشْتِغَالِهِ بِذَٰلِكَ الأَمْرِ الَّذِي أَقْلَقَهُ، وَرُبَّمَا نَسِيَ بِسَبَبِ ذَٰلِكَ الأَسْبَابَ الَّتِي أَوْجَبَتْ لَهُ الهَمَّ وَالغَمَّ، فَفَرِحَتْ نَفْسُهُ، وَازْدَادَ نَشَاطُهُ. وَهَٰذَا السَّبَبُ أَيْضًا مَشْتَرَكٌ بَيْنَ المُؤْمِنِ وَغَيْرِهِ، وَلَٰكِنَّ المُؤْمِنَ يَتَمَيَّزُ بِإِيمَانِهِ وَإِخْلَاصِهِ وَاحْتِسَابِهِ فِي اشْتِغَالِهِ بِذَٰلِكَ العِلْمِ الَّذِي يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ، وَيَعْمَلُ الخَيْرَ الَّذِي يَعْلَمُهُ. إِنْ كَانَ عِبَادَةً فَهُوَ عِبَادَةٌ، وَإِنْ كَانَ شُغْلًا دُنْيَوِيًّا أَوْ عَادَةً دُنْيَوِيَّةً أَصْحَبَهَا النِّيَّةُ الصَّالِحَةُ، وَقَصْدُ الاسْتِعَانَةِ بِذَٰلِكَ عَلَى طَاعَةِ اللهِ، فَلِذَٰلِكَ أَثَرُهُ الفَعَّالُ فِي دَفْعِ الهَمِّ وَالغُمُومِ وَالأَحْزَانِ. فَكَمْ مِنْ إِنْسَانٍ ابْتُلِيَ بِالقَلَقِ وَمُلاَزَمَةِ الأَكْدَارِ، فَحَلَّتْ بِهِ الأَمْرَاضُ المُتَنَوِّعَةُ، فَصَارَ دَوَاؤُهُ النَّاجِعُ: (نِسْيَانُهُ السَّبَبَ الَّذِي كَدَّرَهُ وَأَقْلَقَهُ، وَاشْتِغَالُهُ
بِعَمَلٍ مِنْ مَهَامَّهِ)

وَيَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ الشُّغْلُ الَّذِي يَشْتَغِلُ فِيهِ مِمَّا تَأْنَسُ بِهِ النَّفْسُ وَتَشْتَاقُهُ؛ فَإِنَّ هَٰذَا أَدْعَى لِحُصُولِ هَٰذَا المَقْصُودِ النَّافِعِ، وَاللهُ أَعْلَمُ

٤ – وَمِمَّا يُدْفَعُ بِهِ الهَمُّ وَالقَلَقُ: اجْتِمَاعُ الفِكْرِ كُلِّهِ عَلَى الاِهْتِمَامِ بِعَمَلِ اليَوْمِ الحَاضِرِ، وَقَطْعُهُ عَنِ الاِهْتِمَامِ فِي الوَقْتِ المُسْتَقْبَلِ، وَعَنِ الحُزْنِ عَلَى الوَقْتِ المَاضِي، وَلِهَٰذَا اسْتَعَاذَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنَ الهَمِّ وَالحُزْنِ

Bab tentang Sebab-sebab Menghilangkan Kecemasan yang Timbul dari Ketegangan Saraf dan Pikiran yang Sibuk dengan Hal-hal yang Menyedihkan

Bab 3

Di antara sebab yang paling ampuh untuk meredakan kecemasan yang lahir dari ketegangan saraf dan pikiran yang dipenuhi hal-hal yang meresahkan, adalah: menyibukkan diri dengan suatu pekerjaan atau ilmu yang bermanfaat. Sebab, kesibukan itu akan menyita perhatian hati dan memalingkannya dari perkara yang membuatnya cemas. Bahkan bisa jadi, karena sibuknya ia, ia melupakan seluruh sebab yang semula menjeratnya dalam kecemasan dan kesedihan. Maka jiwanya pun menjadi cerah kembali, dan semangatnya tumbuh menguat.

Cara ini bisa ditempuh oleh siapa pun, baik mukmin maupun selainnya. Namun seorang mukmin memiliki keistimewaan: ia ditemani iman, diliputi keikhlasan, dan disinari oleh harapan pahala dalam setiap amalnya—baik saat ia menuntut ilmu, mengajarkannya, maupun mengamalkan kebaikan yang diketahuinya.

Jika itu bentuk ibadah, maka ia sedang beribadah. Bila itu pekerjaan duniawi atau sekadar rutinitas harian, maka ia menyertai dengan niat yang baik: agar bisa lebih kuat dalam menaati Allah. Maka dari itu, pengaruhnya sungguh dahsyat dalam mengusir kegelisahan, kesedihan, dan kesuraman hati.

Betapa banyak manusia yang diuji oleh kecemasan dan pikiran yang selalu digelayuti kemuraman, hingga bermunculanlah berbagai macam penyakit dalam tubuh dan jiwanya. Dan obat yang paling manjur untuknya adalah: melupakan sebab-sebab yang menyakitkan hati dan menyibukkan diri dengan pekerjaan penting yang harus ia tuntaskan.

Idealnya, pekerjaan yang dipilih adalah sesuatu yang disenangi dan dirindukan oleh jiwanya, karena itulah yang paling mungkin membawa hasil terbaik dalam menghilangkan kegelisahan yang menekan. Dan Allah-lah yang lebih mengetahui segalanya.

Bab 4

Salah satu cara untuk mengusir kecemasan dan kekhawatiran adalah: memusatkan seluruh pikiran dan perhatian hanya pada pekerjaan hari ini—tanpa mencemaskan masa depan, dan tanpa meratapi masa lalu.

Inilah sebabnya, Nabi ﷺ memohon perlindungan kepada Allah dari rasa cemas dan kesedihan.

(١) فَالحُزْنُ عَلَى الأُمُورِ المَاضِيَةِ الَّتِي لَا يُمْكِنُ رَدُّهَا وَلَا اسْتِدْرَاكُهَا، وَالهَمُّ الَّذِي يَحْدُثُ بِسَبَبِ الخَوْفِ مِنَ المُسْتَقْبَلِ، فَيَكُونُ العَبْدُ ابْنَ يَوْمِهِ، يَجْمَعُ جِدَّهُ وَاجْتِهَادَهُ فِي إِصْلَاحِ يَوْمِهِ وَوَقْتِهِ الحَاضِرِ، فَإِنَّ جَمْعَ القَلْبِ عَلَى ذَٰلِكَ يُوجِبُ تَكْمِيلَ الأَعْمَالِ، وَيَتَسَلَّى بِهِ العَبْدُ عَنِ الهَمِّ وَالحُزْنِ. وَالنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَعَا بِدُعَاءٍ أَوْ أَرْشَدَ أُمَّتَهُ إِلَى دُعَاءٍ فَهُوَ يَحُثُّ – مَعَ الاسْتِعَانَةِ بِاللهِ وَالطَّمَعِ فِي فَضْلِهِ – عَلَى الجِدِّ وَالاجْتِهَادِ
فِي التَّحَقُّقِ لِحُصُولِ مَا يَدْعُو بِحُصُولِهِ، وَالتَّخَلِّي عَمَّا كَانَ يَدْعُو لِدَفْعِهِ؛ لِأَنَّ الدُّعَاءَ مُقَارِنٌ لِلْعَمَلِ، فَالعَبْدُ يَجْتَهِدُ فِيمَا يَنْفَعُهُ فِي الدِّينِ وَالدُّنْيَا، وَيَسْأَلُ رَبَّهُ نَجَاحَ مَقْصِدِهِ، وَيَسْتَعِينُهُ عَلَى ذَٰلِكَ، كَمَا قَالَ صلى الله عليه وسلم
«احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجِزْ، وَإِذَا أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَٰكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ» [رَوَاهُ مُسْلِمٌ]

فَجَمَعَ صلى الله عليه وسلم بَيْنَ الأَمْرِ بِالحِرْصِ عَلَى الأُمُورِ النَّافِعَةِ فِي كُلِّ حَالٍ، وَالاسْتِعَانَةِ بِاللهِ وَعَدَمِ الانْقِيَادِ لِلْعَجْزِ الَّذِي هُوَ الكَسَلُ الضَّارُّ، وَبَيْنَ الاسْتِسْلَامِ لِلأُمُورِ المَاضِيَةِ النَّافِذَةِ، وَمُشَاهَدَةِ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ

وَجَعَلَ الأُمُورَ قِسْمَيْنِ: قِسْمًا يُمْكِنُ العَبْدَ السَّعْيُ فِي تَحْصِيلِهِ أَوْ تَحْصِيلُ مَا يُمْكِنُ مِنْهُ، أَوْ دَفْعُهُ أَوْ تَخْفِيفُهُ، فَهَٰذَا يُبْدِي فِيهِ العَبْدُ مَجْهُودَهُ وَيَسْتَعِينُ بِمَعْبُودِهِ

وَقِسْمًا لَا يُمْكِنُ فِيهِ ذَٰلِكَ، فَهَٰذَا يَطْمَئِنُّ لَهُ العَبْدُ وَيَرْضَى وَيَسْلَمُ، وَلَا رَيْبَ أَنَّ مُرَاعَاةَ هَٰذَا الأَصْلِ سَبَبٌ لِلسُّرُورِ وَزَوَالِ الهَمِّ وَالغَمِّ

(١) فِي الحَدِيثِ الَّذِي رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

(1) Kesedihan atas hal-hal yang telah lalu, yang tak mungkin dikembalikan atau diperbaiki lagi, serta kecemasan yang muncul karena takut akan masa depan—semestinya menjadikan seseorang sebagai “anak hari ini”; yakni, ia mencurahkan seluruh kesungguhan dan semangatnya untuk memperbaiki hari ini, saat ini. Karena ketika hati dipusatkan pada waktu yang sedang dijalani, hal itu akan menyempurnakan amal perbuatannya, dan darinya seorang hamba akan terhibur dari rasa cemas dan sedih.

Nabi ﷺ, setiap kali beliau berdoa atau mengajarkan umatnya sebuah doa, selalu mendorong—disertai permohonan pertolongan kepada Allah dan pengharapan akan anugerah-Nya—agar bersungguh-sungguh dan berupaya keras untuk meraih apa yang diminta, dan menjauh dari apa yang ingin dihindari. Sebab, doa itu selalu seiring dengan amal. Maka seorang hamba hendaknya berusaha dalam hal-hal yang bermanfaat bagi agamanya maupun dunianya, lalu memohon kepada Rabb-nya agar diberi keberhasilan, dan meminta pertolongan-Nya dalam mewujudkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

“Bersemangatlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika sesuatu menimpamu, jangan katakan: ‘Seandainya aku melakukan ini, tentu akan begini dan begitu.’ Akan tetapi katakanlah: ‘Ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan ‘seandainya’ membuka pintu tipu daya setan.” (HR. Muslim)

Rasulullah ﷺ menggabungkan antara semangat dalam meraih manfaat di setiap keadaan, memohon pertolongan Allah, serta tidak menyerah pada kelemahan—yang hakikatnya adalah kemalasan yang merugikan—dengan sikap pasrah terhadap perkara-perkara yang telah berlalu, sambil menyaksikan dan menerima ketetapan serta takdir Allah.

Beliau membagi urusan ke dalam dua jenis:

  1. Urusan yang memungkinkan seorang hamba untuk mengusahakannya secara penuh atau sebagian, atau menolaknya, atau paling tidak menguranginya. Dalam hal ini, ia wajib mengerahkan seluruh daya dan meminta pertolongan kepada Tuhan yang disembahnya.
  2. Dan ada pula jenis urusan yang tak mungkin diubah atau diusahakan sama sekali. Dalam keadaan seperti ini, seorang hamba hendaknya bersikap tenang, menerima dengan lapang dada, dan berserah diri sepenuhnya. Tak diragukan lagi, memperhatikan prinsip ini menjadi sebab hadirnya ketenangan jiwa, lenyapnya kecemasan, dan hilangnya kesedihan.

(1) Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *